Pena Nusantara | Amerika Serikat sedang dalam suasana panas pemilihan presiden. Dalam penghitungan cepat dan pemilihan menggunakan sistem electoral collage, didapatilah hasil bahwa Donald Trump dari Partai Republik unggul sementara dari Kamala Harris dari Partai Demokratik.
Pemilihan tersebut berlangsung dalam dua tahapan. Tahapan pertama adalah popular vote. Pada tahapan ini, masyarakat memilih Presiden, Wakil Presiden dan Anggota Electoral Collage. Berikutnya pada tahapan kedua ialah Electoral Vote. Anggota Electoral Collage yang terpilih di tiap negara bagian memilih Presiden dan Wakil Presiden yang selanjutnya suara dari Electoral Collage inilah menjadi penentu siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden nantinya secara definitif.
Meskipun sistem Electoral Collage beberapa waktu ini menuai kontroversi tapi sistem ini sejatinya sudah diterapkan dalam pemilihan umum di Amerika selama kurun waktu dua abad.
Pertanggal 6 November 2024 pada jam 16.07 WIB, Donald Trump memperoleh sebanyak 267 dari suara Electoral Collage dengan suara masyarakat sebanyak 69.793.107 suara (51,1%), sedangkan Kamala Harris memperoleh 224 suara dari Electoral Collage dengan suara masyarakat 64.671.587 suara (47,4%). Dengan hasil ini Trump unggul sekitar 3,7% dari Kamala Harris, tentu peluang besar ada di pihak Donald Trump hari ini.
Lalu ketika kemenangan Trump sampai pada tahapan definitif, apa pengaruhnya untuk Indonesia?
Perang Dagang
Trump dikenal secara internasional sebagai figur yang kuat secara ekonomi dan dagang. Sehingga pada masanya sebelum pemilihan ini, dia banyak memengaruhi pasar dagang internasional dengan kebijakannya. Ditambah lagi dengan alotnya perang dagang dengan China, hal ini tentu berefek secara langsung dengan aspek perdagangan di Indonesia. Karena Indonesia menjalin hubungan bilateral dengan keduanya, sehingga apapun benturan yang terjadi antar keduanya akan memengaruhi Indonesia secara langsung maupun tidak langsung. Lonjakan harga bahan pangan di pasar akan naik beriring dengan alotnya perang yang terjadi nantinya begitu juga dengan dunia pasar modal. Indonesia harus tetap netral dan tidak memperlihatkan keberpihakan jika ingin lonjakan harga di pasar tidak naik secara besar-besaran.
Inflasi
Inflasi adalah suatu hal yang pasti terjadi pada setiap negara. Ketika berbicara inflasi, tinggal lagi apakah inflasi tersebut tinggi atau rendah. Setiap negara pasti berusaha mati-matian agar angka inflasi ditekan hingga relatif ke titik yang terendah untuk kesejahteraan ekonomi dan kedaulatan mata uang negaranya. Kita andaikan jika Trump menang, bagaimana kondisi inflasi yang ada di Indonesia? Semua tergantung kebijakan perpolitikan di Indonesia. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi terhadap mata uang Indonesia jika Trump menang. Pertama, ketika Trump menang secara definitif maka Trump bisa saja mengembangkan sisi teknologi yang lambat laun berekspansi ke Indonesia. Ketika hal ini terjadi, maka akan banyak platform-platform luar berdatangan dan ini akan membuat gejolak pada makroekonomi Indonesia, disana akan terdapat penaikan inflasi yang signifikan. Kedua, jika Indonesia memutuskan untuk tidak lagi bergantung pada Dollar Amerika Serikat, maka Indonesia akan selamat dari badai inflasi besar-besaran. Ketidaktergantungan pada USD (United States Dollar) adalah sebuah 'taring' awal Indonesia untuk memajukan perekonomian.
Beberapa waktu lalu, media berita mengabarkan bahwa Indonesia resmi bergabung dengan organisasi BRICS. Organisasi yang 'resah' terhadap hegemoni ekonomi barat yang cenderung memberatkan ekonomi banyak negara di dunia. Hal ini patut diapresiasi. Langkah ini memperbesar peluang Indonesia untuk tidak lagi bergantung pada Dollar Amerika yang menyebabkan mata uang Rupiah Indonesia menjadi kuat secara perlahan. Ketika sudah begitu, Indonesia memperbesar peluangnya untuk menyamai Amerika dari aspek ekonomi.
Ekspansi Bisnis
Dengan figur Trump yang dikenal sebagai pengusaha, bukan hal yang tidak mungkin Trump mengekspansi bisnisnya ke Indonesia. Dengan kepiawaiannya sebagai pengusaha ditambah powernya ia seorang presiden, Trump mampu memengaruhi Indonesia secara bilateral untuk mengembangkan bisnis pribadinya dengan diplomasi-bilateral ataupun operasi politic yang Trump lakukan nantinya. Jika hal ini terjadi maka ini menjadi pisau bermata dua untuk Indonesia. Pertama, Trump dan Amerika semakin digdaya. Kedua, Indonesia semakin terjarah. Maka kalau itu sudah terjadi, tinggal tunggu saja perut bumi pertiwi Indonesia terkoyak-koyak sambil memungut sisa-sisa jarahannya.
(Ihsanuddin Izzu)
0 Komentar