Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Guntur Priambodo, Sang Juru Selamat Wajah Demokrasi Banyuwangi dan Lebih Layak Maju Menjadi Bupati 2024



Pena Nusantara | Banyuwangi - Bukan bermaksud untuk mendiskreditkan mereka yang wajahnya sudah terlanjur terpampang di baliho-baliho yang terdapat di beberapa sudut kota Banyuwangi dengan jargon "siap memimpin" daerah penghasil emas terbesar di pulau Jawa ini. 

Tanpa melalui proses "settingan", pandangan ini secara otomatis saja memenuhi relung-relung  otak kanan saya yang terbiasa dengan rutinitasnya untuk berimajinasi dan berpikir tentang hal yang bernuansa indah, pun demikian dengan kontribusi "analitis" yang merupakan hasil kerja otak kiri saya ketika membaca sebuah pesan dari gawai saya yang berbunyi, "Yang perlu di ketahui, saat ini ada indikasi ada bakal calon Bupati di Banyuwangi ingin menjadi calon tunggal melawan kotak KOSONG...di PILKADA 2024 , Minggu (14/7/2024) 

Mohamad Saipul Rizal Sang perani tulen di bidang pertanian Melon Yang mengunakan permodalan kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan lugas mengeluarkan uneg-Uneg akan situasi pilkada 2024 di kabupaten banyuwangi. 

Menurut Rizal,Sebagai generasi pendidikan berbasis "Catur Wulan", secara pribadi saya melihat sosok Guntur Priambodo lebih unggul daripada Ipuk Fiestiandani Azwar Anas jika keduanya bertemu dalam gelanggang lomba cerdas cermat yang dulu secara masif diselenggarakan oleh otoritas pendidikan pusat hingga daerah.

"Dari analisis sederhana ini saya menganggap sosok Guntur Priambodo lebih layak untuk "dicalonkan" sebagai Bupati Banyuwangi, daripada Ipuk Fiestiandani Azwar Anas itu sendiri," tutur Rizal

Namun ini persoalan berbeda, ini tentang siasat yang oleh para elite kerap disebut dengan istilah politik. Bahwa kecerdasan seseorang hanya dilegitimasi oleh kemenangan, peraup suara terbanyak, bukan tentang isi kepala maupun capaian-capaian akademik personal.

"Hingga pandangan pribadi ini saya bagikan, ada seutas harapan terhadap kelangsungan demokrasi di tanah kelahiran ini, terlebih pada sepenggal persepsi senior saya tentang hubungan oligarki dan demokrasi yang kini telah teroyalti itu disebutkan bahwa,dari runutan peristiwa, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kontestasi politik ala demokrasi yang disuarakan pada akhirnya bukanlah "obat" untuk menyudahi kesengsaraan dan keterjajahan kehidupan berbangsa saat ini, tapi adalah "racun" oligarki yang kian ganas dan mematikan sendi-sendi kehidupan bangsa ini," ulasnya 

Sebagai junior biasanya kita hanya menganggukan kepala pada perintahnya yang kadang "gak jelas", namun kali ini saya sepakat bahwa demokrasi harus ditegakkan bukan sistem oligarki yang dikedepankan. Sebagai pribadi yang mengimani seutas kalimah "Kullu nafsin dzaiqotul maut", saya percaya suatu hari nanti kalamulla ini berlaku juga untuk oligarki itu sendiri.

"Namun apapun itu, saya mengakui kepada setiap mereka yang wajahnya sudah terlanjur terpampang di baliho sebagai generasi terbaik daerah penghasil dan pemasok mutiara dengan kwalitas terbaik di pasar eropa ini."Ungkap Mohad Saipul Rizal Sang petani tulen asli Banyuwangi. (tim)

Posting Komentar

0 Komentar